Home

Minggu Palma

690faba0

Minggu Palma adalah hari raya Kristen yang selalu jatuh pada hari Minggu sebelum Paskah. Perayaan ini merupakan perayaan masuknya Yesus ke kota Yerusalem sebelum ia disalibkan. Masuknya Yesus ke kota suci atau Yerusalem adalah hal yang istimewa, sebab terjadinya sebelum Yesus mati dan bangkit dari kematian. Itulah sebabnya Minggu Palma disebut pembuka pekan suci, yang berfokus pada pekan terakhir Yesus di kota Yerusalem.

Minggu Palma disebut juga Minggu Mengenangkan Sengsara Tuhan, sebab pada hari itu akan dibacakan kisah tentang hari-hari terakhir kehidupan Yesus di dunia yang dikenal sebagai “Kisah Sengsara Tuhan Kita, Yesus Kristus”.

Kisah sengsara Yesus disebut “PASSIO”. Passio berasal dari bahasa Latin, yaitu suatu perasaan yang amat kuat serta mendalam. Misalnya saja cinta, benci atau marah. Di antaranya, yang paling besar kuasanya adalah cinta.

Pada saat Minggu Palma, umat melambai-lambaikan daun palma sambil bernyanyi. Hal ini menyatakan keikutsertaan umat bersama Yesus dalam arak-arakan menuju Yerusalem. Ini menyatakan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang: kota Allah, di mana ada kedamaian.

Jadi nama Hari Minggu Palma dan tradisi upacara pemberkatan serta perarakan dengan daun palma sebenarnya berdasarkan cerita dari Injil Yohanes. Arti dari daun palma itu menjadi jelas dari konteks ceritanya, yaitu peristiwa Yesus dielu-elukan, disoraki, disalami sebagai raja, yang datang dalam nama Tuhan untuk membawa damai. Maka daun palma yang dilambai-lambaikan merupakan tanda pujian dan kemuliaan, kemenangan dan damai. Arti simbolis yang sama dari daun palma ini dapat kita temukan dalam Kitab Wahyu: “Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru: Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!” (Why 7:9-10).

Menurut catatan Egeria mengenai liturgi di Yerusalem sekitar abad ke-4, sudah ada perarakan dengan ranting palma dan zaitun pada Hari Minggu Palma untuk mengenangkan peristiwa Yesus dielu-elukan ketika memasuki kota Yerusalem. Biasanya pada sore Hari Minggu itu umat berkumpul di bukit zaitun dan sekitar jam 5 sore di atas bukit itu mereka mendengarkan pemakluman Injil mengenai masuknya Yesus secara mulia ke kota Yerusalem. Setelah itu mereka berarak menuju pusat kota Yerusalem. Anak-anak juga turut serta dalam perarakan sambil membawa ranting palma dan zaitun. Kemudian cara perayaan seperti ini mulai dibuat juga di Spanyol (abad ke-5), di Gallia (abad ke-7) dan di Roma (abad ke-11). Berdasarkan tradisi ini, dapatlah dimengerti mengapa sebaiknya daun palma dipakai meskipun bukanlah satu-satunya yang diberkati dan digunakan dalam perarakan. Dapat pula dipakai ranting zaitun atau ranting hijau lain (terutama kalau di wilayah bersangkutan tidak ada tumbuhan palma) dan boleh juga janur, bila ada kemiripan makna simbolisnya.

Leave a comment